Kesetaraan gender berpotensi tingkatkan PDB Indonesia sebesar 135M Dolar AS. Laporan dari McKinsey yang berjudul “The Power of Parity: Advancing Women’s Equality in Asia Pacific“ menyatakan bahwa jika Indonesia dapat menumbuhkan kesetaraan gender di dunia kerja, maka Indonesia berpeluang untuk memetik buah manis pada tahun 2025 berupa peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 135 miliar Dolar AS. Meningkatkan partisipasi tenaga kerja perempuan, terutama jumlah perempuan pekerja penuh waktu (full-time) dan pekerja di sektor produktif seperti manufaktur, berpeluang memberikan Indonesia peluang ekonomis dan memperoleh tambahan PDB sebesar 9%.
Melansir dari data pemerintah, 39 persen tenaga kerja adalah perempuan. Namun, perempuan hanya berkontribusi 29 persen pada PDB. Angka partisipasi tersebut hampir tidak berubah selama 20 tahun belakangan.
Melihat peluang ekonomis yang sebenarnya tidak hanya bermanfaat bagi negara, tetapi juga bagi pribadi, perempuan sebaiknya tergerak untuk terjun ke dunia kerja. Lalu, apa yang perlu dilakukan perempuan untuk berjuang di dunia kerja? Pertama, perempuan perlu berani dan percaya diri bahwa mereka tidak kalah bersaing dengan laki-laki. Anggapan bahwa perempuan tidak dapat posisi tertentu (misal karena dianggap menyimpang dari peran asli atau kodratnya) harus disingkirkan. Jika berusaha, perempuan pun dapat sukses dalam karier, contohnya Oprah Winfrey, Shonda Rhimes dan dari Indonesia ada Sri Mulyani, Susi Pudjiastuti, Merry Riana, Miriam Budiarjo dan masih banyak contoh inspiratif lainnya.
Kedua, perempuan jangan menyerah untuk mengenyam pendidikan dan mengembangkan diri. Saat ini, akses perempuan ke dunia pendidikan sudah lebih baik. Oleh sebab itu, akses ini perlu dimanfaatkan. Selain pendidikan formal, perempuan dapat mengembangkan diri secara semi informal maupun informal. Misalnya dengan mengikuti pelatihan dan memanfaatkan perkembangan teknologi internet untuk belajar.
Ketiga, berusaha untuk menyeimbangkan antara kehidupan pribadi, sosial dan pekerjaan. Anggaplah hal itu senagai tantangan, alih-alih sebagai beban. Keempat, perkuat networking dengan sesama pekerja perempuan lainnya. Menjalin hubungan baik dengan orang yang mengalami hal yang sama dengan kita dapat memberikan dukungan. Selain itu, jangan ragu untuk belajar dari perempuan lain yang sudah berhasil.
Kelima, berani melawan diskriminasi gender. Perjuangan mencapai keseteraan gender tidak selesai ketika perempuan mendapat pekerjaan, namun menyangkut juga perlakuan yang diterima saat bekerja. Pelecehan berbasis gender baik fisik dan non-fisik harus dilawan. Ketika menerima pelecehan, diam tidak berarti ’emas’. Jalan yang dapat ditempuh adalah melaporkan tindakan yang tidak adil tersebut kepada pihak yang berwenang. Jika diperlukan, menemui konselor untuk meminimalisasi efek traumatis.
Dukungan Pemerintah dan Swasta
Usaha dari perempuan sendiri memang tidak cukup, apalagi keyika hatus berhadapan dengan rintangan sistemik. Untuk mencapai kesetaraan gender, pemerintah dan swasta perlu mendorong partisipasi perempuan di dunia kerja. Memperkuat perlindungan hukum, dengan memperbanyak pelatihan dalam keterampilan digital dan kewirausahaan untuk perempuan serta kampanye untuk mengubah pandangan tradisional tentang peran perempuan dalam masyarakat adalah contoh yang dapat dilakukan.
Memperkuat perlindungan hukum terutama dengan menyertakan pekerjaan paruh waktu (part-time) dalam kebijakan formal, dapat memberikan pilihan pekerjaan yang fleksibel daripada bekerja di sektor informal.
Pada saat pemaparan, Direktur Utama McKinsey Indonesia, Phillia Wibowo, menekankan bahwa yang dicari oleh perempuan saat ini adalah fleksibilitas – tidak harus berada di kantor. Fleksibilitas memungkinkan perempuan memenuhi berbagai macam tanggung jawabnya.
Semangat kewirausahaan juga menjadi pendorong perekonomian Indonesia. Negara harus menanggulangi penghambat yang berhubungan dengan keuangan dan pandangan tradisional terhadap bisnis yang dikelola perempuan hanya “tambahan” di samping pendapat dari pasangan mereka.
Infrastruktur transportasi dan rumah tangga seperti air bersih, sanitasi dan bahan bakar memasak yang bersih juga (perempuan yang melakukan pekerjaan rumah) penting untuk mempermudah akses perempuan ke lapangan pekerjaan.