Mengenal Bagus Hendrayono, Top Recruiter di Perusahaan Konsultan maupun di Perusahaan Startup

Bagus Hendrayono, mantan managing Director Monroe Consulting Group Indonesia, telah kembali
dari hiatus-nya ke industri rekrutmen dengan bergabung bersama startup Go-Pay sebagai Vice
President Talent (VP) Acquisition. Kiprahnya di Monroe Consulting Group sejak menjadi konsultan
rekrutmen sampai menjabat sebagai managing director telah berkontribusi membesarkan nama
perusahaan internasional itu di Indonesia. Kepada Parrish & Co. , Bagus Hendrayono bersedia berbagi
cerita tentang perjalanan karir yang menempanya hingga ia sukses seperti saat ini.

Awal Karier
Setelah menamatkan studi di Universtas Gundarma, Bagus Hendrayono bekerja di berbagai tempat
sampai akhirnya menemukan jati dirinya di bidang rekrutmen. Petualangannya di dunia rekrutmen
dimulai di tahun 2005, ketika ia bekerja untuk GE Consumer Finance. Sebagai recruitment and
training officer, ia ditugaskan pada fungsi baru, GE Sales Academy—pelatihan untuk sales— wilayah
Jakarta. Lalu, pada tahun 2006, ia dipercaya menangani untuk wilayah se-Indonesia.

Bergabung dengan Monroe Consulting Group.
Setahun kemudian, tepatnya November 2007, ia bergabung dengan Monroe Consulting Group. Pria
yang menempuh pendidikan magister pemasaran di Universitas Mercu Buana ini, hanya
membutuhkan waktu 6 bulan untuk mendapatkan promosi dari posisi Executive Recruitment
Consultant ke posisi team leader di Divisi Consumer Goods. Performanya terus terbukti sehingga
hanya berselang sekitar 3-4 bulan, ia pun diberikan kepercayaan untuk menjadi Deputy Country
Manager. Setelah satu tahun bekerja, pria yang memiliki prinsip profesional honesty, excellence dan
respect ini, diberi saham Monroe. Ia satu-satunya non-direktur yang mendapat saham tersebut.

Selama menjadi Deputy Country Manager, divisi-divisi (Divisi Consumer Goods dan Industrial) yang
pernah dipimpinnya beberapa kali berhasil meraih penghargaan divisi terbaik. Akhirnya, ia meraih
posisi nomor 1 di Monroe Consulting Group Indonesia, operasi dan pencetak penghasilan terbesar
untuk Monroe Consulting Group.

Hiatus dan Bergabung Bersama Go-Pay
Setelah berdedikasi selama 10 tahun, Bagus Hendrayono mengundurkan diri dari Monroe Consulting
Group Indonesia dan menikmati momen refreshing. Bersama istri, ia mengendarai motor dari
Jakarta hingga Aceh. Selama kurang lebih dua minggu hingga 1 bulan, mereka menjelajahi kota-kota
yang berkesan, seperti Palembang. Menurutnya, itulah momen terbaik selama 10 tahun dimana Ia
bisa liburan dengan rasa ‘plong’ (tanpa beban pekerjaan) bersama istri. Biasanya, Bagus hanya
mengambil libur maksimal 7 hari dalam setahun.

Ia meninggalkan Monroe sebenarnya bukan karena mendapat tawaran bekerja di tempat lain.
Bagus hanya sempat berpikir bahwa ia akan memulai perusahaan konsultan rekrutmen atau bekerja
di Go-Jek (kalau ia harus pindah ke korporasi/ client-side). Bak mimpi menjadi kenyataan, Go-Jek
menawarkan posisi Vice President Talent Acquisition di Go-Pay.

Bekerja di Perusahaan Konsultan vs Perusahaan Startup
Sebagai VP Talent Acquisition Go-Pay, Bagus bertugas untuk mendapatkan talenta yang dibutuhkan
perusahaan dan memperbaiki proses rekrutmen. Menurutnya, memang terdapat perbedaan antara

talent acquisition (TA) maupun recruiter di perusahaan konsultan dan korporasi, terutama startup
seperti Go-Pay. Pertama, di korporasi terdapat serangkaian birokrasi, seperti administrasi, proses-
proses di internal dan membutuhkan berbagai persetujuan. Sedangkan di perusahaan konsultan
atau agensi, lebih simple. Kedua, di korporasi, cakupan pekerjaan lebih besar serta durasinya lebih
panjang. Tugas TA tidak berhenti ketika perusahaan merekrut karyawan. Tugasnya sampai karyawan
lulus masa percobaan. Sementara cakupan perusahaan konsultan yang ditangani hanya proses
rekrutmen.

Perusahaan konsultan dan startup memiliki tantangannya sendiri. Sebagai TA/recruiter dari
perusahaan konsultan, terdapat kesetaraan dalam hubungan antara TA/recruiter (konsultan) dan
klien. Konsultan memang bekerja untuk klien, tetapi tidak secara langsung menjadi karyawannya.
Sehingga, jika gagal mencapai kesepakatan dengan klien, tidak berdampak besar. Lain halnya dengan
TA/recruiter yang benar-benar bagian dari internal korporasi dan digaji secara langsung oleh
korporasi tersebut. Maka, bekerja sebagai in-house TA/recruiter membutuhkan pendekatan yang
berbeda.

Bagus juga memberikan gambaran tentang bekerja di startup, ”Startup is not like any other
companies. In startup, it’s not all about competencies. Doesn’t matter how good you are, if you are
not agile, if you’re not adaptable to the changes, if you’re not willing to do beyond your job
description, then working at will be very challenging… those kinds of mentalities will determine
whether or not you will be a successful employee in a startup.”

Bagus sendiri juga mengakui bahwa ia masih dalam tahap adaptasi dan terus belajar di Go-Pay.
Ketika ditanya mengenai rencananya dalam 10 tahun, ia menjawab “My passion is always on the
entrepreneurial side. So, if you ask, ten years from now… Insya Allah, Kalau Tuhan mengizinkan, I’ll
be running my own business. Apakah itu? Most likely, agency… Mungkin yang lain, mungkin saya
buka kolam pemancingan ikan. Hehehe.”


Click here for executive career opportunities or vacancies at Parrish & Co.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *